1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal
Disiplin positif adalah pendekatan yang berfokus pada pengembangan keterampilan dan perilaku positif peserta didik melalui pendidikan dan pembelajaran. Disiplin positif tidak hanya berfokus pada pengendalian perilaku, tetapi juga pada pengembangan keterampilan dan nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai kebajikan universal seperti Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan Keamanan, serta lain-lain, sangat penting dalam pengembangan karakter peserta didik.
2. Teori Motivasi
Teori motivasi berfokus pada alasan-alasan yang mendasari tindakan manusia. Motivasi perilaku manusia dapat dibagi menjadi tiga jenis: motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, dan motivasi internal. Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri seseorang, sedangkan motivasi ekstrinsik berasal dari luar diri. Motivasi internal adalah kombinasi dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
3. Hukuman dan Penghargaan
Hukuman dan penghargaan adalah dua konsep yang berbeda dalam budaya positif. Hukuman konvensional seringkali melibatkan penggunaan konsekuensi negatif, seperti penalti, kehilangan hak-hak tertentu, atau bahkan fisik atau psikologis. Penghargaan sebagai bentuk hukuman yang lebih positif dan membangun dapat digunakan untuk mengukur kemajuan dan motivasi seseorang.
Restitusi: 5 Posisi Kontrol dan Restitusi: Segitiga Restitusi
Restitusi adalah konsep yang berfokus pada pengembalian keadaan sebelum terjadi kesalahan. Restitusi dapat dilakukan melalui 5 posisi kontrol, yaitu:
4. Restitusi: 5 Posisi Kontrol
Dalam program disiplin positif yang berfokus pada murid, Diane Gossen memperkenalkan konsep 5 Posisi Kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah:
Penghukum: Seorang penghukum menggunakan hukuman fisik maupun verbal untuk mengontrol perilaku murid. Guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata: "Patuhi aturan saya, atau awas!" "Kamu selalu saja salah!" "Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai."
Pembuat Rasa Bersalah: Pada posisi ini, guru menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Contoh kata-kata yang keluar dengan lembut seperti: "Saya tidak senang dengan apa yang kamu lakukan."
Teman: Seorang teman berperan sebagai pendamping dan memberikan dukungan. Guru yang menerapkan posisi teman akan berkata: "Saya disini untuk membantumu."
Pemantau: Seorang pemantau memantau perilaku murid dan memberikan umpan balik. Guru yang menerapkan posisi pemantau akan berkata: "Saya melihat kamu melakukan hal yang baik."
Manajer: Seorang manajer mengatur dan mengorganisir. Guru yang menerapkan posisi manajer akan berkata: "Saya akan membantu kamu untuk memperbaiki kesalahanmu."
b. Restitusi: Segitiga Restitusi
Segitiga Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat. Proses tiga tahapan tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip utama dari Teori Kontrol, yaitu:
Menstabilkan Identitas: Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan.
Validasi Tindakan yang Salah: Semua perilaku memiliki alasan. Menurut Teori Kontrol, semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu.
Menanyakan Keyakinan: Kita semua memiliki motivasi, hanya bisa mengontrol apa yang akan terjadi di masa kini dan masa datang.
Dalam budaya positif, restitusi dan segitiga restitusi adalah strategi yang efektif untuk membantu murid memperbaiki kesalahan dan menjadi lebih mandiri. Dengan memahami dan mengaplikasikan konsep ini, guru dapat membantu murid menjadi lebih bertanggung jawab dan memiliki tujuan yang lebih jelas.
5. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan dasar yang umum dan universal, seperti kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan kasih sayang, dan kebutuhan akan keamanan. Dunia berkualitas adalah tempat khusus dalam pikiran seseorang, tempat seseorang menyimpan gambaran representasi dari semua yang diinginkan. Dunia berkualitas dapat membantu seseorang untuk memahami alasan-alasan yang mendasari tindakan seseorang.
Kesimpulan
Budaya positif adalah pendekatan yang berfokus pada pengembangan keterampilan dan perilaku positif peserta didik melalui pendidikan dan pembelajaran. Disiplin positif, nilai-nilai kebajikan universal, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, serta kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas, semua berperan penting dalam pengembangan karakter peserta didik. Dengan memahami dan mengaplikasikan budaya positif, Anda sebagai seorang guru penggerak dapat membantu peserta didik Anda untuk mengembangkan keterampilan dan perilaku positif yang akan membantu mereka untuk menjadi manusia yang lebih baik
Sangat keren, menginspirasi
BalasHapus