Rabu, 05 Juni 2024

Koneksi Antar Materi Modul 1.4


Sahabat blogspot tulisan kali ini saya akan membahas tentang koneksi antar materi modul 1.4 yang merupakan bagian dari salah satu tugas yang harus dipublikasikan. Modul 1.4 membuka mata saya tentang konsep budaya positif yang berfokus pada pengembangan karakter dan motivasi intrinsik murid. Berbeda dengan disiplin tradisional yang berlandaskan pada hukuman dan kontrol eksternal, budaya positif menekankan pada penciptaan lingkungan belajar yang positif dan suportif, di mana murid merasa dihargai, dihormati, dan didorong untuk berkembang.

Salah satu konsep yang menarik bagi saya adalah teori kontrol William Glasser. Glasser menyatakan bahwa setiap individu memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan rasa aman, cinta dan kasih sayang, rasa memiliki, dan rasa berharga. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, murid dapat menunjukkan perilaku negatif sebagai upaya untuk mendapatkannya.

Konsep lain yang penting adalah segitiga restitusi. Segitiga restitusi merupakan kerangka kerja untuk menyelesaikan masalah dan konflik dengan fokus pada pemulihan hubungan dan pembelajaran. Hal ini berbeda dengan hukuman tradisional yang hanya berfokus pada konsekuensi negatif bagi murid.

Sebagai Calon Guru Penggerak, saya melihat bahwa budaya positif memiliki peran penting dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila menggambarkan karakter ideal murid Indonesia yang beriman, berakhlak mulia, berpengetahuan luas, berkebinekaan global, mandiri, dan bernalar kritis.

Budaya positif dapat membantu murid mengembangkan karakter-karakter tersebut dengan menumbuhkan rasa hormat, tanggung jawab, dan kolaborasi. Murid yang dididik dalam budaya positif lebih mungkin untuk menjadi pembelajar mandiri yang kritis dan kreatif, serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.

Berikut beberapa langkah yang dapat saya lakukan untuk menerapkan budaya positif di sekolah:
  1. Membangun hubungan yang positif dengan murid. Saya akan berusaha untuk mengenal setiap murid secara individu dan memahami kebutuhan mereka. Saya akan menciptakan lingkungan kelas yang aman dan suportif, di mana murid merasa nyaman untuk mengekspresikan diri dan mengambil risiko.
  2. Mengajarkan murid tentang nilai-nilai dan keyakinan kelas. Saya akan bekerja sama dengan murid untuk mengembangkan nilai-nilai dan keyakinan kelas yang disepakati bersama. Nilai-nilai dan keyakinan ini akan menjadi dasar untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah di kelas
  3. Menerapkan strategi disiplin positif. Saya akan menggunakan berbagai strategi disiplin positif untuk membantu murid belajar dari kesalahan mereka dan membuat pilihan yang bertanggung jawab. Beberapa strategi yang dapat saya gunakan termasuk restitusi, pertemuan kelas, dan konferensi orang tua-guru.
  4. Menjadi model yang baik bagi murid. Murid belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar. Saya akan berusaha untuk menjadi model yang baik bagi murid dengan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan keyakinan kelas.
Modul 1.4 juga memiliki keterkaitan yang kuat dengan modul-modul sebelumnya dalam program Guru Penggerak. 
Pada Modul 1.1: (Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara)
Konsep budaya positif selaras dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantoro yang menekankan pada kemerdekaan belajar dan pengembangan karakter. Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa murid harus dididik dengan cara yang memanusiakan manusia dan menuntun kodrat anak sesuai dengan zamannya. Budaya positif dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan filosofi ini.
Modul 1.2: (Nilai dan Peran Guru Penggerak)
Salah satu nilai Guru Penggerak adalah berpihak pada murid. Budaya positif merupakan salah satu cara untuk menunjukkan keberpihakan kepada murid. Dengan menerapkan budaya positif, Guru Penggerak dapat menciptakan lingkungan belajar yang berpusat pada murid dan membantu murid mencapai potensi terbaik mereka.
Modul 1.3: (Visi Guru Penggerak)
Visi Guru Penggerak adalah mewujudkan pendidikan yang berkualitas untuk semua murid. Budaya positif dapat membantu mewujudkan visi ini dengan menciptakan lingkungan belajar yang positif dan suportif, di mana semua murid dapat belajar dan berkembang.
Kesimpulannya
Budaya positif merupakan pendekatan yang penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan suportif di sekolah. Sebagai CGP, saya berkomitmen untuk menerapkan budaya positif di sekolah saya dan membantu murid untuk berkembang menjadi individu yang berkarakter mulia dan berprestasi.

Berikut saya sertakan refleksi saya terakit modul 1.4 di sini

9 komentar:

  1. Alhamdulillah....menemukan tulisan ini menyegarkan kembali ingatan saya. Terimakasih Mrs. Jumilati, dengan bahasa yang enak dinikmati , rangkaian kaitan materi yang begitu ngblend, membawa para pembaca ke pemahaman yang lebih bermakna. Terus semangat berbagi kebermanfaatan..!

    BalasHapus
  2. Terima kasih , sangat menginspirasi bagi kita para pendidik

    BalasHapus
  3. Sebuah pemikiran dan konsep yang luar biasa untuk diterapkan di kelas maupun sekolah. Semoga bisa menginpirasi bpk/ibu yang lain untuk Tergerak, Bergerak dan menggerakan. Salam dàn bahagia

    BalasHapus

"KKTP: Kunci Sukses Pembelajaran Efektif di Kurikulum Merdeka"

  Halo, sahabat Jumilati's blog. Pada tulisan kali ini, kita akan bahas salah satu komponen penting dalam Kurikulum Merdeka yang sering ...